Tuesday 26 April 2011

Kajian Akhlaq (Nasoihul Ibad Bab Tsulatsi Maqolah ke 3)

Umar bin khottob r.a berkata :
Kasih sayang yang baik adalah sebagian dari akal, berkaitan dengan ini Rasulullah saw bersabda : Kasih sayang kepada sesama manusia adalah sedekah. (HR Ibnu Hibban, Thobroni, dan Baihaqi). Kasih sayang yang dimaksud adalah lemah lembut/sopan santun kepada sesama manusia baik melalui perkataan maupun perbuatan itu akan mendapatkan pahala seperti pahalanya bersedekah. Saat ini mungkin kita belum dapat bersedekah dengan harta karena keterbatasan yang ada maka melalui sikap sopan dan ramah kepada sesama kita-pun sudah dapat bersedekah. Rasulullah saw sendiri sebagai “Uswatun Hasanah” atau contoh terbaik bagi kita ummat Islam mengajarkan kepada kita sebagai bentuk sopan santun dan keramahan beliau dengan :
-          Tidak pernah mencela makanan, bagaimana dengan kita? asin sedikit saja sudah mencela makanannya dan juga yang memasaknya.
-          Tidak pernah membentak orang yang membantunya (khodim), bagaimana dengan kita? salah sedikit saja sudah menumpahkan amarah sejadi-jadinya.  
-          Tidak pernah memukul perempuan. Bagaimana dengan kita?
Baiknya pertanyaan adalah sebagian dari ilmu. Ilmu dapat diperoleh satu diantaranya dengan media bertanya, pepatah mengatakan malu bertanya sesat dijalan, jika kita tidak mau bertanya (kepada ahlinya) tentang agama maka akan tersesatlah baik di dunia maupun di akherat. Berkaitan dengan bertanya ada sebuah hadits yang berkisah tentang hal itu,
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa ketika rombongan mereka dalam perjalanan, salah seorang ditimpa batu pada kepalanya sehingga terluka parah. Malam harinya, korban ini mimpi junub. Ia bertanya, “Adakah keringanan bagiku untuk tidak mandi junub?” Rekannya menjawab, “Kami tidak menemukan keringanan bagimu, karena sekarang tersedia air, maka anda harus mandi junub.” Maka orang itu pun mandi (termasuk menyiram kepalanya yang luka), lalu meninggal di tempat. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah, Baginda Nabi SAW marah besar lalu berkata, “Mereka telah membunuhnya, semoga Allah juga membunuh mereka. Mengapa mereka tidak bertanya kalau tidak tahu. Sesungguhnya obat kebodohan dan sok tahu adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya untuk bertayammum, atau menyiram badannya tanpa mengenai lukanya”. (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, & Darimi).
Berkaitan dengan bertanya kepada ahlinya, saat ini kita perlu ber-hati-hati kepada siapa kita bertanya (masalah agama) sebab alih-alih ingin mendapatkan pencerahan dan petunjuk justru yang di dapat caci maki pada orang lain yang berbeda pendapat dan kesesatan-kesesatan lainnya. Seorang yang “Alim” semakin tinggi dan dalam ilmu yang ia kuasai maka akan semakin bijak dan toleran terhadap pendapat-pendapat orang lain yang berbeda dengannya sejauh permasalahan yang diperdebatkan adalah masalah furu’ (cabang ) seperti shalat subuh menggunakan do’a qunut atau tidak, niat shalat dilafadzkan atau di dalam hati saja, yang di kedepankan menghadapi perbedaan macam ini adalah Toleransi, lana a’maaluna walakum a’malukum (bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian). Namun untuk permasalahn yang menyangkut Aqidah (prinsip) maka tidak ada lagi toleransi di dalamnya, seperti ada sekelompok orang yang mengakui ada nabi setelah nabi Muhammad saw, maka kelompok itu jelas sesat dan sudah diluar agama islam, tidak ada toleransi terhadap ajaran mereka walaupun mengatasnamakan Hak Asasi Manusia ataupun Kebebasan Berpendapat.

Perencanaan/pengaturan yang baik adalah sebagian dari kehidupan. Attadbiir berarti mengatur dan dalam mengatur ada unsur kilas balik dan merencanakan, segala hal harus diatur dan direncanakan, jika hal tersebut sudah dilakukan maka kita sudah berhasil meraih sebagian penghidupan kita dan selebihnya adalah kita bertawakkal (berserah diri) pada Allah swt.
Berkaitan dengan ini Allah swt berfirman dalam surat Al-Hasyr (59) ayat 18 :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Jakarta, 26 April 2011
Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad