Sunday 25 December 2011

DZHOLIM

Diantara artinya adalah
1. Kegelapan / tidak ada cahaya (QS Annur:40, An-Nahl : 63, Al-An’am :1)
2. Kebodohan, Syirik, Fasiq (QS Al-Baqoroh : 18 & 257, Ibrohim : 5, Al-Anbiya : 87, Al-An'am :39 & 122)

Menurut Pakar Bahasa dan para ulama artinya : Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya , bisa dikarenakan penambahan atau pengurangan, bisa juga berkaitan dengan waktu atau tempat.

Menurut Ahli Hikmah Dzholim ada 3 macam :
1. Dzholim antara manusia dengan Allah SWT, bisa berupa kekafiran, Syririk dan kemunafikan. (QS Luqman : 13)
2. Dzholim antara manusia dengan manusia lainnya. (QS Asyyuro : 40)
3. Dzholim antara manusia dengan dirinya sendiri. (QS Fathir : 32)

(Zulkarnain Abdul Halim, rujukan Al-Mufrodat li Ghoribil Qur'an karangan Ar-Rogib Al-Asfihani)

Bacaan Al-Fatehah



Baca Al-Fatehah dalam Shalat
Fiqih Perbandingan
Zulkarnain AH



INDAHNYA PERBEDAAN (dalam masalah furu’iyyah)
BACAAN AL-FATEHAN SAAT SHALAT
Salah satu nama dari surat Al-Fatehah adalah Assab’ul Matsaani atau tujuh yang diulang-ulang, artinya surat ini selalu dibaca setiap raka’at dalam shalat. Kali ini kita mencoba membahas membaca surat Al-Fatehah saat shalat berikut perbedaan-perbedaan para ulama dalam membahasnya. Perbedaan-perbedaan ini jangan disikapi dengan saling menyalahkan justru harus menimbulkan toleransi dan memperkaya pemahaman keagamaan kita.
Beberapa hal yang berkaitan dengan membaca Fatehah saat shalat diantaranya :
1.      Membaca Al-Fatehah wajib disetiap roka’at (pendapat mayoritas ulama)
2.      Membaca Al-Fatehah wajib baik bagi imam maupun makmum ataupun seseorang yang shalat sendirian (pendapat madzhab Syafi’i)
3.      Sementara menurut madzhab Maliki & Hambali membaca Al-Fatehah hanya untuk imam dan orang yang shalat sendiri, sedang bagi makmum tidak perlu membaca Al-Fatehah pada shalat jahriyyah (yang terdengar bacaannya spt maghrib, isya & subuh) berdasarkan QS Al-A’rof (7):204.
4.      Menurut Madzhab Hanafi, yang wajib dibaca pada saat shalat baik sebagai imam ataupun shalat sendiri adalah Ayat Al-Qur’an bukan pengkhususan pada surat Al-Fatehah berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Muzammil (73) ayat 20. Dan membaca (ayat Qur’an) di 2 (dua) raka’at pertama shalat fardhu adalah wajib.
5.      Membaca surat di 2 (dua) roka’at pertama setelah Al-Fatehah hukumnya sunnah(pendapat mayoritas Ulama).
6.      Yang dijadikan dalil untuk keharusan membaca Al-Fatehah di setiap roka’at adalah Hadits dari ‘Ubadah bin Shomit bahwa Rasul saw bersabda : Tidak ada shalat (tidak sah) bagi yang tidak membaca surat Al-Fatehah. (HR Jama’ah).
7.      Masalah Basmalah (Bismillahirrohmanirrohiim) disepakati bahwa itu adalah salah satu ayat dalam surat An-Naml, adapun posisinya dalam surat-surat lain termasuk dalam surat Al-Fatehah ada 3 (tiga) pendapat Ulama mengenai hal itu :
a.      Basmalah bukan termasuk ayat dalam surat Al-Fatehah dan surat-surat lainnya, ini pendapat madzhab Maliki, Hambali dan sebagaian madzhab Hanafi.
b.      Basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatehah dan surat-surat lainnya, berdasarkan Hadits Abu Huroiroh bahwa Rasul saw bersabda : “ Jika kalian membaca Alhamdulillah (Al-Fatehah), maka bacalah oleh kalian Bismillahirrohmanirrohim,sesunguhnya Al-Fatehah itu induknya Al-Qur’an dan Tujuh ayat yang diulang-ulang (Assab’ul Matsani), dan Bismillahirrohmanirrohim itu salah satu dari ayat dalam surat Al-Fatehah.” (HR Ad-Daaru Quthni). Dan Abu Huroiroh membaca Basmalah sebelum membaca surat Al-Fatehah. Ini adalah pendapat madzhab Syafi’i.
c.      Basmalah adalah ayat dari setiap surat diturunkan untuk membedakan/memisah antar surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan boleh membacanya dalam surat Al-Fatehah, berdasarkan Hadits Anas r.a bahwa aku (Anas) shalat dibelakang Rasul saw dan dibelakang Abu Bakar, Umar dan Utsman dan mereka tidak mengeraskan bacaan basmalahnya.” (HR An-Nasaai dan Ibnu Hibban) dan berdasrkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Abbas berkata : Rasulullah tidak mengetahui batas/pemisah antar surat (dalam Al-Qur’an) sampai turun padanya Bismillahirrohmanirrohim.
8.      Bagaimana dengan orang yang belum bisa baca Qur’an? Bagi mereka hendaklah membaca Tasbih, Tahmid dan Tahlil sebagaimana sabda Rasul saw : “Bagi orang yang tidak bagus/tidak bisa baca Al-Qur’an maka ucapkan : Subhanallah, Walhamdulillah, Walaailaha illallah, wallahu Akbar, Wala haula walaa quwwata illa billah.” (HR Ahmad, Abu Daud, Nasaai, Daaru Quthni). Juga berdasarkan Hadits dari Rifa’ah bin Rofi’ bahwa Nabi saw mengajarkan seseorang shalat, dan Rasul saw berkata : Jika kamu bisa baca Al-Qur’an maka bacalah dan jika tidak maka bacalah Tasbih, Tahmid, Tahlil lalu ruku.” (HR Abu Daud & Tirmidzi)
9.      Dan tidaklah boleh bagi makmum pada shalat Jahriyyah (Subuh, Maghrib, Isya) membaca ayat Al-Qur’an kecuali surat Al-Fatehah, hal ini berdasarkan Hadits Ubadah bahwa Rasul saw bersabda :” Jangan sekali-kali kalian membaca ayat Al-Qur’an, ketika aku (Nabi saw) membaca Jahr (imam Shalat jahriyyah) kecuali membaca Ummul Qur’an (Al-Fatehah).” (HR Ad-Daru Quthni)

(Zulkarnain AH, Rujukan Al-Wajiiz Fil Fiqhi Jilid 1 karangan Syekh Wahbah Zuhaili)

3 Hal Yang Menghancurkan

1.      Pelit Sekali / yang dituruti.
Sifat pelit termasuk sifat tercela yang harus dihindari, dari pelit ini seseorang tidak menunaikan kewajibannya kepada Allah dan juga kepada sesama manusia. Kewajibannya kepada Allah seperti zakat, dimana zakat adalah perintah Allah yang wajib ditunaikan oleh mereka yang berkelebihan hartanya, karena sifat pelitnya ia tidak mau hartanya berkurang, kepada sesama manusia seseorang yang mempunyai sifat pelit akan menjadi orang yang anti sosial serta tidak mau perduli dan tidak mau tau keadaan sekitarnya. Baginya bukan urusannya kalau ada saudaranya atau tetangganya yang perlu bantuan dan meminta bantuan, kadang yang keluar dari mulut orang pelit ini adalah caci maki kepada orang yang meminta bantuan padanya.
Sifat pelit itu sendiri memang sifat naluriah yang dimiliki oleh manusia sebagaimana terdapat dalam surat Annisa (4): 128
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, namun sifat kikir ini tidak menghancurkan jika dilawan atau tidak dituruti, yang menghancurkan adalah sifat kikir yang dituruti.

2.      Hawa Nafsu yang selalu diikuti. Perbedaan manusia dengan binatang adalah manusia dapat membedakan mana keinginan-keinginannya (nafsu) yang baik dan yang berakibat buruk, sementara binatang apapun yang diingininya harus dipenuhinya tidak pandang apakah itu baik dan boleh untuknya, seekor kucing jika ingin buang air kecil maka iapun akan melakukannya saat itu juga dan ditempat itu juga tanpa memandang akan dilihat orang dsb, begitu pula jika ada makanan dihadapannya maka langsung saja ia “sikat” tanpa perlu tahu makanan itu milik siapa dan apakah makannnya halal atau haram. Dari itu jika ada manusia yang selalu memperturutkan hawa nafsunya (hedonis) maka ia tak lain seperti binatang malah lebih hina dari binatang, karena binatang melakukan itu karena tidak dianugrahi akal pikiran, sementara manusia lengkap sudah Allah memberikan padanya akal pikiran (QS AL-Furqon (25) ayat 43-44).
Seseorang yang selalu mengikuti hawa nafsunya akan mengejar kenikmatan saat itu juga dan tidak memikirkan akibatnya, dan ia akan bersemangat untuk memperoleh keinginan-keinginanya itu walaupun membutuhkan jerih payah, rasa sakit dan mencegah dirinya dari mendapatkan kenikmatan kelak (di akherat).

3.      Kekaguman seseorang terhadap dirinya. Artinya seseorang memandang dirinya sendiri dengan penuh kekaguman merasa dirinya sempurna, lupa bahwa semuanya yang ia dapatkan adalah nikmat dari Allah SWT serta ia merasa apa yang ia miliki tak mungkin hilang dan sirna. Adapun obat penyakit ‘Ujub’ atau bangga terhadap diri sendiri adalah ‘tawadhu’ (selalu rendah diri/low profile). Dan cara lain untuk menghilangkan sifat ini adalah dengan banyak bergaul dengan orang-orang yang kurang beruntung baik fisik maupun materi dan mereka tetap rajin ibadah, ngobrol dengan mereka, mengajak makan bareng, berkunjung kerumahnya, sehingga nantinya akan memunculkan sikap syukur terhadap anugerah yang telah Allah berikan juga sekaligus empati dan care terhadap kekurangan orang lain.


Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad.
Materi Kajian Dzuhur Selasa 7 Juni 2011 di Masjid Jami’ Al-Ihsan.

3 Hal Yang Menyelamatkan

Ada 3 hal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa Allah SWT, hal ini berdasarkan sabda Rasul SAW dari sahabat Abu Huroiroh ra.
1.      Rasa Takut pada Allah SWT saat sendiri maupun terlihat orang lain.
Rasa takut pada Allah bisa muncul jika kita mempunyai keimanan yang kuat dan mengenal tentang Allah, pepatah mengatakan “ tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta dan seterusnya..” . Semakin besar keimanan dan pengenalan kita Allah SWT serta terus berupaya dekat pada-Nya, maka semakin besar pula rasa takut kita pada-Nya. Takut jika mata kita dipergunakan untuk melihat hal-hal yang terlarang , takut jika lisan/mulut kita membicarakan aib orang lain, takut jika tangan kita dipergunakan untuk mengambil hak orang lain atau mendzolimi orang lain dengan memukul dan sebagainya, takut jika kaki kita banyak melangkah menuju tempat-tempat maksiat.  Rasa takut itu muncul karena kita yakin dan sadar bahwa semua anggota tubuh kita akan dipertanyakan di pengadilannya Allah SWT nanti, di dunia mungkin kita bisa mengelak terhadap kesalahan yang kita perbuat, namun di akherat mulut kita dikunci dan yang bicara adalah anggota tubuh kita, sebagaimana terdapat dalam surat Yasin (36) ayat 65 yang artinya :
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
Dari perasaan takut pada Allah akan muncul sikap waspada dan hati-hati terhadap segala amal perbuatan dan perkataan, karena Allah selalu mengawasi dan mencatat semua perbuatan kita sekecil apapun itu atau seremeh apapun. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (QS Qoof (50):18)

Ada pengawasan yang melekat dari Allah dan para Malaikat-Nya, jika pengawasan manusia seperti orang tua pada anaknya, atasan pada bawahan, KPK pada aparat pemerintah ada keterbatasan begitu pula teknologi seperti cctv, ada hal-hal ataupun saat tertentu mereka tidak dapat mengawasi, sementara pengawasan Allah tak mengenal waktu dan tempat.

Siapakah orang atau golongan yang rasa takutnya pada Allah paling tinggi? para ulama-lah yang rasa takutnya paling besar terhadap Allah SWT karena tingkat pengenalannya pada Allah lebih banyak dibanding orang lain, sebagaimana terdapat dalam Qur’an surat Faathir(35) ayat 28 :
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama
Rasa takut pada Allah saat sendiri lebih tinggi derajatnya dibanding rasa takut yang muncul ketika terlihat orang lain, sebab kecenderungan orang akan lebih takut dan taat peraturan ketika ada yang melihatnya, Karena itu agar rasa takut terhadap Allah selalu terpelihara baik saat sepi maupun ketika terlihat orang lain maka kita harus banyak dzikir mengingat Allah.


2.      Berada di tengah antara kaya dan miskin (Sederhana).
Artinya hidup sederhana dalam penghidupan sehingga tidak melampaui batas, tidak terlalu kaya dan tidak terlalu miskin, sebab seseorang yang terlampau kaya kecenderungannya adalah lupa dan menjauh dari Allah, lupa bahwa hakikat kekayaan yang diperoleh adalah dari Allah SWT dimana sewaktu-waktu Allah ingin mencabutnya amat mudah bagi Nya, hal ini seperti Qorun dimana dengan kekayaannya ia menjadi sombong dan menganggap bahwa kekayaan yang ia peroleh adalah hasil jerih payahnya sendiri tanpa ada unsur Allah di dalamnya (QS Al-Qoshos (28):78). Dan saat ini banyak sekali Qorun-qorun masa kini yang menganggap kekayaannya dan kesuksesannya karena kepintarannya sendiri, skill yang dimiliki tanpa mengingat sedikitpun itu adalah pemberian Allah SWT. Sehingga kekayaan yang dimiliki bukannya membawa rahmat justru mengundang laknat Allah SWT. Begitu pula sebaliknya terlampau miskin juga berbahaya karena banyak orang “menggadaikan” keimanannya demi terbebas dari kemiskinan, seperti banyak terjadi di negeri kita ini, dan ini juga merupakan pekerjaan rumah bagi seluruh ummat muslim agar kejadian ini tidak terus terjadi dengan cara dibantu ekonomi dan dibina keimanan mereka.

3.      Berbuat adil saat senang maupun marah. Imam Nawawi Al-Bantani mengartikannya dengan marah/tidak suka terhadap apa yang Allah marah/tidak suka serta senang terhadap apa saja yang Allah senang padanya. Adil dalam artian bahasa adalah persamaan, dimana dalam Islam seseorang tidak dibedakan berdasarkan garis keturunan atau kekayaaan hartanya, warna kulitnya dan sebagainya, yang membedakan seseorang adalah tingkat ketaqwaannya. Dalam menegakkan keadilan saat senang ataupun terhadap saudara atau kawan itu lebih mudah dibanding menegakkan keadilan pada saat kondisi emosi atau terhadap orang yang tidak disukai.
Sebuah kisah terjadi dimasa kekholifahan Ali bin Abi Tholib, dimana suatu ketika sang kholifah (pemimpin/kepala pemerintahan) kehilangan baju besi yang biasa ia pergunakan untuk perang, dan ternyata ia menemukannya ditangan seorang Nashrani, maka ia pun melaporkannya kepada Hakim yang bernama Syuraih untuk diadakan pengadilan. Maka dipanggil-lah si Nashroni itu oleh Hakim untuk menindaklanjuti laporan dari Kholifah. Dalam persidangan setelah keduanya di mintai keterangan ternyata sang Kholifah tidak mempunyai saksi bahwa yang mengambil baju besinya adalah si Nashroni, maka akhirnya sang Hakim memutuskan bahwa si Nashroni terbebas dari tuduhan, kalah-lah sang Kholifah, dan Ali sebagai Kholifah menerima hasil sidang itu. Justru yang kebingungan adalah si Nashroni (sebenarnya memang ia yang mengambil baju besi itu) ia sebagai rakyat biasa kok bisa terbebas dari hukuman melawan pemimpin, terkagum-kagumlah ia terhadap proses pengadilan dalam Islam yang pada akhirnya mengantarkannya masuk dalam barisan kaum muslimin (masuk Islam).

Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad.
Materi Kajian Dzuhur Selasa 31 Mei 2011 di Masjid Jami’ Al-Ihsan.

BAHAYA LISAN

Kewibawaan dan kehormatan seseorang dapat ditandai salah satunya dengan bagaimana ia dapat menjaga lisannya, jika ia orang biasa-biasa saja cenderung diremehkan dan dilupakan dalam kehidupan sehari-hari namun dalam bertutur kata ia selalu memilih perkataan-perkataan yang baik saja, orang lain akan menjadi segan (hormat) padanya, sebaliknya jika ada orang setiap bertemu dengan orang lain ada saja yang keluar dari mulutnya melukai hati orang lain (walau dengan alas an bercanda) orang lain akan bersikap sinis (tidak hormat) padanya walaupun ia orang yang dihormati dalam kesehariannya karena jabatan, status social, keturunan dan sebagainya. Dalam kehidupan bernegara jika ada pejabat yang salah ucap saja akan menimbulkan permasalahan, begitu pula dalam hubungan antar Negara jika ada salah diplomasi bisa bisa terjadi perang.
Lisan ini yang Allah ciptakan adalah sebagai sebuah anugrah (nikmat) yang harus di syukuri, bentuk syukurnya yakni menggunakan lisan untuk ber-dzikir seperti membaca Al-Qur’an, mengajak pada keba ikan mencegah pada kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar), dan lain-lain. Sedikit sekali diantara kita yang menyadari akan nikmatnya lisan yang Allah berikan pada kita, biasanya memang rasa nikmat itu akan disadari jika sudah terjadi kejadian sebaliknya dimana lisan kita tidak dapat difungsikan lagi (semoga Allah melindungi kita dari yang demikian) , saat sariawan saja sudah merepotkan dan mengganggu.
Diantara bentuk syukur lainnya terhadap lisan adalah mengucapkan perkataan yang baik seperti terdapat dalam Al-Qur’an surat Fushshilat(41):33 .Perkat aan yang terbaik adalah perkataan yang mengandung unsur ajakan menuju Allah SWT, apapun bentuk dan medianya (asal sesuai dengan syariah)  jika mengajak pada kebaikan dan mendekatkan diri pada Allah SWT, maka itu termasuk dalam perkataan yang terbaik. Diantaranya nasehat orang tua pada anaknya, nasehat guru pada muridnya, nasehat suami pada istrinya, nasehat atasan pada bawahannya dan sebagainya.
Sementara itu lisan jika tidak bisa dijaga akan menimbulkan banyak dosa, diantara dosa dari lisan adalah :
1.      Bohong
2.      Ingkar janji
3.      Ghibah / Gosip
4.      Namimah / adu domba / provokator
5.      dll
Dan perlu kita ingat, melalui lisan orang bisa selamat dan melalui lisan pula orang banyak celaka.
Celaka yang bisa dialami di dunia antara lain di do’akan dengan do’a yang jelek oleh orang-orang yang tersakiti hatinya karena lisan kita, sebab do’anya orang yang ter-dzholimi itu tak tertolak disisi Allah SWT sebagaimana terdapat pada Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “ Ada tiga golongan orang yang do’anya tidak tertolak : Pemimpin yang Adil, Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan do’anya orang yang terdzholimi.

Untuk celaka di akherat ya merasakan panasnya api neraka. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh r.a. suatu ketika Rasul saw ditanya tentang penyebab banyak orang dapat masuk surga, Rasul saw menjawab : Taqwa pada Allah & Akhlaq yang baik. Kemudian beliau ditanya lagi tentang penyebab banyaknya orang masuk neraka, Rasul saw menjawab : dua (2) lubang yakni mulut/lisan dan kemaluan (HR Bukhori).
Juga bentuk celaka di akherat orang yang tidak bisa menjaga lisannya adalah menjadi bagian dari orang-orang yang bangkrut, sebagaimana Hadits Rasulullah SAW :"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ? Maka mereka ( para sahabat ) menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. ( HR. Muslim )

Benar-benar suatu kerugian yang besar bagi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, rugi dunia dan akherat. Padahal saat berbisnis kepada sesama manusia kita ingin selalu untung, maka saat berbisnis kepada Allah pun kita ingin selalu untung yang salah satu caranya dengan menjaga lisan.

Dari itu mari kita jaga lisan kita agar tidak melukai orang lain, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini.

Zulkarnain Abdul Halim

15-4-2011

Bacaan Amin

Setiap selesai membaca surat Al-Fatihah kita terbiasa membaca amin, begitu pula saat berdo’a atau dido’akan oleh seseorang kita akan berucap “amin”. Sekarang mari kita coba bahas tentang “amin” ini, khususnya pada saat shalat.
Amin adalah do’a agar Allah mengabulkan semua permohonan kita, namun kata “amin” bukanlah berasal dari Al-Qur’an, dan mulai dipergunakan semenjak zaman Nabi Musa dan Harun ‘alaihimassalaam.
Walau tidak terdapat dalam Al-Qur’an namun bacaan “Amin” disunnahkan berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan perawi lainnya bersumber dari sahabat Abu Huroiroh r.a bahwa Rasulullah saw bersabda :” Jika imam (shalat) membaca amin maka bacalah oleh kalian amin, karena sesungguhnya siapa yang membaca amin bersamaan dengan bacaan aminnya malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yan terdahulu.”
Adapun Pendapat para Ulama tentang bacaan amin saat shalat ada 2  :
1.      Menurut Madzhab Maliki dan Hanafi : membacanya dengan pelan adalah lebih utama, karena amin adalah do’a sementara Allah berfirman : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al-A’raf (7):55). Sementara Ibnu Mas’ud r.a berkata : ada 4 hal yang dibaca pelan oleh imam : Ta’awwudz, basmalah, amin dan tahmid (Robbanaa lakal hamd).

2.      Menurut Madzhab Syafi’I dan Hambali : Membaca amin secara pelan di saat shalat sirr (dzuhur & Ashar) dan dibaca jelas disaat shalat jahr (subuh, maghrib & Isya) dan makmum membaca amin berbarengan dengan bacaan amin-nya imam, hal ini berdasarkan hadits : “” Jika imam (shalat) membaca amin maka bacalah oleh kalian amin…” (HR Malik) dan juga apa yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh r.a, bahwa Rasul saw ketika membaca ghoiril maghdhuubi ‘alaihim waladhdhoolliin beliau saw mengucapkan amin sehingga terdengar oleh orang yang ada di shaff (barisan) awal. (HR Abu Dawud & Ibnu Majah).
Zulkarnain Abdul Halim, sumber Tafsir Al-Muniir – Syeikh Zuhaili.

Nasehat Ali Bin Abi Tholib r.a

Ada 3 nasehat Ali bin Abi Tholib ra :

1.       Sesungguhnya termasuk kenikmatan terbesar di dunia adalah Islam, dengan Islam kita keluar dari gelapnya kekafiran menuju cahaya Islam. Islam sebagai anugerah dari Allah swt dengannya kita dapat dipastikan akan masuk ke dalam surganya Allah swt, walaupun kelak akan ada orang-orang Islam yang dikarenakan amalannya di dunia kurang maka ia akan mampir dulu ke Neraka. Masuk dalam golongan kaum muslimin adalah sesuatu yang amat mahal, karena banyak orang yang sudah mengenal seluk beluk ajaran Islam, mengakui keagungan Islam, namun hatinya belum tergerak masuk dalam agama Islam. Sebagai sebuah contoh adalah paman Rasulullah saw sendiri Abu Tholib, dimana Rasulullah diasuh oleh beliau saat remaja, Abu Tholib pula yang melindungi Rasul saw dari gangguan orang-orang kafir qurays, namun sampai menghembuskan nafasnya yang terakhir Abu Tholib masih tetap dalam kondisi kekafiran, hal ini juga sebagai bukti bahwa Hidayah adalah hak preogratif-nya Allah swt, tidak bisa dipengaruhi oleh manusia , Allah-lah yang membolak-balikkan hati manusia, sampai-sampai Rasulullah saw tidak bisa memaksa pamannya untuk masuk Islam. Oleh karena itu jika teringat hal ini Rasulullah sering bersedih hati. Sebaliknya banyak orang masuk Islam dikarenakan hal-hal yang diluar dugaan, seperti setelah mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hal ini terjadi pada diri seorang Umar bin Khottob ra (sebelum masuk Islam ia adalah figure yang sangat memusuhi Islam & pengikutnya). Saat itu ia akan melabrak adik kandungnya sendiri yang telah masuk Islam, sesampainya di depan rumah sang adik terdengar ia sedang membaca Al-Qur’an surat Toha, sontak tergetar hati umar mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, singkat cerita ia pun ikrar masuk Islam di hadapan langsung Rasulullah saw. Orang yang begitu memusihi Islam luluh hatinya pada Islam, ada factor X yang membuat Umar bisa seperti itu yakni Hidayah Allah swt. Oleh karena itu berbahagialah kita yang sudah sejak lahir memeluk Islam, dan terus menjaganya sampai ajal menjemput.  Sebagaimana Firman Allah swt dalam surat Ali Imron (3) : 102 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Memang kebanyakan ada perbedaan antara orang yang ber-Islam sejak lahir dengan orang yang menemukan Islam setelah melalui proses pencarian, untuk yang pertama sering kurang greget dalam ber-Islamnya sementara kelompok yang kedua kebanyakan mereka lebih greget (rajin) dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam karena mereka telah menemukan dan mendapatkan hal-hal yang selama ini mereka cari, dan mereka tak ingin melepaskan (Islam) sampai akhir hayat mereka.

2.      Cukuplah ketaatan (pada Allah) sebagai kesibukkan. Setiap hari dan setiap saat pastilah kita disibukkan dengan berbagai macam aktifitas dan kegiatan, mulai bangun pagi sampai tidur di malam hari adalah aktifitas keseharian kita. Untuk Bapak-bapak pergi pagi menuju kantor atau tempat berdagang atau lainnya untuk mencari nafkah keluarga, ibu menyiapkan keperluan bapak dan anak-anak serta urusan-urusan rumah tangga lainnya, anak berangkat sekolah/kuliah menuntut ilmu. Kesemuanya itu adalah kesibukkan, namun banyak yang tidak sadar bahwa aktifitas-aktifitas diatas adalah juga bentuk keta’atan kita pada Allah swt. Ta’at pada Allah yang arti dasarnya adalah tunduk serta patuh pada semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mempunyai makna yang sangat luas, dimana hal-hal diatas termasuk dalam ketaa’atan kita pada Allah swt dan bernilai ibadah. Sebaliknya jangan sibukkan diri kita dari hal-hal yang menjauhkan diri dari Allah swt dan mengundang murka-Nya, seperti sibuk mencari dan membicarakan aib orang lain (ghibah), sibuk mencari nafkah tapi lupa ibadah dll.

3.      Cukuplah Kematian sebagai sebuah nasehat. Mati adalah hal yang pasti pada setiap diri kita  “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”   (QS Ali Imron (3): 185). Kemanapun kita menghindari kematian, kematian akan menghampiri kita (QS Aljumu’ah(62):8), dan mati tidak mengenal sakit ataupun sehat, tidak mengenal tua atau muda, tidak mengenal saat tertidur atau saat terjaga, bila sudah waktunya tak sanggup kita menunda atau memajukannya. Berkaitan dengan ini suatu ketika Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabatnya “ Ya Rasul siapakah mukmin yang cerdik itu? Rasul menjawab : mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik mempersiapkan (bekal) sesudah kematian, mereka itulah orang-orang yang cerdik (HR Ibnu Majah).
Mengingat mati mempunyai banyak manfa’at, diantaranya seperti yang dikatakan oleh Imam Addaqqooq bahwa orang yang sering mengingat kematian akan dimuliakan dengan 3 hal yaitu :
a. Bersegera Taubat.  Karena mereka tidak ingin mati dengan membawa banyak dosa,   Rasulullah saw sendiri yang sudah terjaga dari kesalahan (ma’shum) sehari semalamnya menurut sebuah riwayat Istighfar (mohon ampun) 100 x, bagaimana dengan kita?
b. Hatinya Qona’ah (menerima). Menerima terhadap apa saja yang Allah berikan padanya walaupun sedikit atau tidak sesuai dengan harapan, karena kesemuanya nanti tidak akan dibawa mati, yang dibawa hanya amal soleh saja.
c. Rajin Ibadah. Karena mereka tidak tahu sampai umur berapa jatah hidup mereka, mumpung masih diberi kesempatan mereka memperbanyak ibadah.
Sebaliknya orang yang sering melupakan kematian akan ditimpakan 3 hal kebalikannya :
1.                Menunda-nunda Taubat.
2.                Tidak Ridho terhadap pemberian Allah.
3.                Bermalas-malasan dalam ibadah.

Jakarta, 5 Mei 2011
Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad.

Nadia

Nadia sudah mulai ngerembet....