Sunday 25 December 2011

3 Hal Yang Menghancurkan

1.      Pelit Sekali / yang dituruti.
Sifat pelit termasuk sifat tercela yang harus dihindari, dari pelit ini seseorang tidak menunaikan kewajibannya kepada Allah dan juga kepada sesama manusia. Kewajibannya kepada Allah seperti zakat, dimana zakat adalah perintah Allah yang wajib ditunaikan oleh mereka yang berkelebihan hartanya, karena sifat pelitnya ia tidak mau hartanya berkurang, kepada sesama manusia seseorang yang mempunyai sifat pelit akan menjadi orang yang anti sosial serta tidak mau perduli dan tidak mau tau keadaan sekitarnya. Baginya bukan urusannya kalau ada saudaranya atau tetangganya yang perlu bantuan dan meminta bantuan, kadang yang keluar dari mulut orang pelit ini adalah caci maki kepada orang yang meminta bantuan padanya.
Sifat pelit itu sendiri memang sifat naluriah yang dimiliki oleh manusia sebagaimana terdapat dalam surat Annisa (4): 128
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, namun sifat kikir ini tidak menghancurkan jika dilawan atau tidak dituruti, yang menghancurkan adalah sifat kikir yang dituruti.

2.      Hawa Nafsu yang selalu diikuti. Perbedaan manusia dengan binatang adalah manusia dapat membedakan mana keinginan-keinginannya (nafsu) yang baik dan yang berakibat buruk, sementara binatang apapun yang diingininya harus dipenuhinya tidak pandang apakah itu baik dan boleh untuknya, seekor kucing jika ingin buang air kecil maka iapun akan melakukannya saat itu juga dan ditempat itu juga tanpa memandang akan dilihat orang dsb, begitu pula jika ada makanan dihadapannya maka langsung saja ia “sikat” tanpa perlu tahu makanan itu milik siapa dan apakah makannnya halal atau haram. Dari itu jika ada manusia yang selalu memperturutkan hawa nafsunya (hedonis) maka ia tak lain seperti binatang malah lebih hina dari binatang, karena binatang melakukan itu karena tidak dianugrahi akal pikiran, sementara manusia lengkap sudah Allah memberikan padanya akal pikiran (QS AL-Furqon (25) ayat 43-44).
Seseorang yang selalu mengikuti hawa nafsunya akan mengejar kenikmatan saat itu juga dan tidak memikirkan akibatnya, dan ia akan bersemangat untuk memperoleh keinginan-keinginanya itu walaupun membutuhkan jerih payah, rasa sakit dan mencegah dirinya dari mendapatkan kenikmatan kelak (di akherat).

3.      Kekaguman seseorang terhadap dirinya. Artinya seseorang memandang dirinya sendiri dengan penuh kekaguman merasa dirinya sempurna, lupa bahwa semuanya yang ia dapatkan adalah nikmat dari Allah SWT serta ia merasa apa yang ia miliki tak mungkin hilang dan sirna. Adapun obat penyakit ‘Ujub’ atau bangga terhadap diri sendiri adalah ‘tawadhu’ (selalu rendah diri/low profile). Dan cara lain untuk menghilangkan sifat ini adalah dengan banyak bergaul dengan orang-orang yang kurang beruntung baik fisik maupun materi dan mereka tetap rajin ibadah, ngobrol dengan mereka, mengajak makan bareng, berkunjung kerumahnya, sehingga nantinya akan memunculkan sikap syukur terhadap anugerah yang telah Allah berikan juga sekaligus empati dan care terhadap kekurangan orang lain.


Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad.
Materi Kajian Dzuhur Selasa 7 Juni 2011 di Masjid Jami’ Al-Ihsan.

No comments:

Post a Comment