Sunday 25 December 2011

Nasehat Ali Bin Abi Tholib r.a

Ada 3 nasehat Ali bin Abi Tholib ra :

1.       Sesungguhnya termasuk kenikmatan terbesar di dunia adalah Islam, dengan Islam kita keluar dari gelapnya kekafiran menuju cahaya Islam. Islam sebagai anugerah dari Allah swt dengannya kita dapat dipastikan akan masuk ke dalam surganya Allah swt, walaupun kelak akan ada orang-orang Islam yang dikarenakan amalannya di dunia kurang maka ia akan mampir dulu ke Neraka. Masuk dalam golongan kaum muslimin adalah sesuatu yang amat mahal, karena banyak orang yang sudah mengenal seluk beluk ajaran Islam, mengakui keagungan Islam, namun hatinya belum tergerak masuk dalam agama Islam. Sebagai sebuah contoh adalah paman Rasulullah saw sendiri Abu Tholib, dimana Rasulullah diasuh oleh beliau saat remaja, Abu Tholib pula yang melindungi Rasul saw dari gangguan orang-orang kafir qurays, namun sampai menghembuskan nafasnya yang terakhir Abu Tholib masih tetap dalam kondisi kekafiran, hal ini juga sebagai bukti bahwa Hidayah adalah hak preogratif-nya Allah swt, tidak bisa dipengaruhi oleh manusia , Allah-lah yang membolak-balikkan hati manusia, sampai-sampai Rasulullah saw tidak bisa memaksa pamannya untuk masuk Islam. Oleh karena itu jika teringat hal ini Rasulullah sering bersedih hati. Sebaliknya banyak orang masuk Islam dikarenakan hal-hal yang diluar dugaan, seperti setelah mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hal ini terjadi pada diri seorang Umar bin Khottob ra (sebelum masuk Islam ia adalah figure yang sangat memusuhi Islam & pengikutnya). Saat itu ia akan melabrak adik kandungnya sendiri yang telah masuk Islam, sesampainya di depan rumah sang adik terdengar ia sedang membaca Al-Qur’an surat Toha, sontak tergetar hati umar mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, singkat cerita ia pun ikrar masuk Islam di hadapan langsung Rasulullah saw. Orang yang begitu memusihi Islam luluh hatinya pada Islam, ada factor X yang membuat Umar bisa seperti itu yakni Hidayah Allah swt. Oleh karena itu berbahagialah kita yang sudah sejak lahir memeluk Islam, dan terus menjaganya sampai ajal menjemput.  Sebagaimana Firman Allah swt dalam surat Ali Imron (3) : 102 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Memang kebanyakan ada perbedaan antara orang yang ber-Islam sejak lahir dengan orang yang menemukan Islam setelah melalui proses pencarian, untuk yang pertama sering kurang greget dalam ber-Islamnya sementara kelompok yang kedua kebanyakan mereka lebih greget (rajin) dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam karena mereka telah menemukan dan mendapatkan hal-hal yang selama ini mereka cari, dan mereka tak ingin melepaskan (Islam) sampai akhir hayat mereka.

2.      Cukuplah ketaatan (pada Allah) sebagai kesibukkan. Setiap hari dan setiap saat pastilah kita disibukkan dengan berbagai macam aktifitas dan kegiatan, mulai bangun pagi sampai tidur di malam hari adalah aktifitas keseharian kita. Untuk Bapak-bapak pergi pagi menuju kantor atau tempat berdagang atau lainnya untuk mencari nafkah keluarga, ibu menyiapkan keperluan bapak dan anak-anak serta urusan-urusan rumah tangga lainnya, anak berangkat sekolah/kuliah menuntut ilmu. Kesemuanya itu adalah kesibukkan, namun banyak yang tidak sadar bahwa aktifitas-aktifitas diatas adalah juga bentuk keta’atan kita pada Allah swt. Ta’at pada Allah yang arti dasarnya adalah tunduk serta patuh pada semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mempunyai makna yang sangat luas, dimana hal-hal diatas termasuk dalam ketaa’atan kita pada Allah swt dan bernilai ibadah. Sebaliknya jangan sibukkan diri kita dari hal-hal yang menjauhkan diri dari Allah swt dan mengundang murka-Nya, seperti sibuk mencari dan membicarakan aib orang lain (ghibah), sibuk mencari nafkah tapi lupa ibadah dll.

3.      Cukuplah Kematian sebagai sebuah nasehat. Mati adalah hal yang pasti pada setiap diri kita  “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”   (QS Ali Imron (3): 185). Kemanapun kita menghindari kematian, kematian akan menghampiri kita (QS Aljumu’ah(62):8), dan mati tidak mengenal sakit ataupun sehat, tidak mengenal tua atau muda, tidak mengenal saat tertidur atau saat terjaga, bila sudah waktunya tak sanggup kita menunda atau memajukannya. Berkaitan dengan ini suatu ketika Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabatnya “ Ya Rasul siapakah mukmin yang cerdik itu? Rasul menjawab : mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik mempersiapkan (bekal) sesudah kematian, mereka itulah orang-orang yang cerdik (HR Ibnu Majah).
Mengingat mati mempunyai banyak manfa’at, diantaranya seperti yang dikatakan oleh Imam Addaqqooq bahwa orang yang sering mengingat kematian akan dimuliakan dengan 3 hal yaitu :
a. Bersegera Taubat.  Karena mereka tidak ingin mati dengan membawa banyak dosa,   Rasulullah saw sendiri yang sudah terjaga dari kesalahan (ma’shum) sehari semalamnya menurut sebuah riwayat Istighfar (mohon ampun) 100 x, bagaimana dengan kita?
b. Hatinya Qona’ah (menerima). Menerima terhadap apa saja yang Allah berikan padanya walaupun sedikit atau tidak sesuai dengan harapan, karena kesemuanya nanti tidak akan dibawa mati, yang dibawa hanya amal soleh saja.
c. Rajin Ibadah. Karena mereka tidak tahu sampai umur berapa jatah hidup mereka, mumpung masih diberi kesempatan mereka memperbanyak ibadah.
Sebaliknya orang yang sering melupakan kematian akan ditimpakan 3 hal kebalikannya :
1.                Menunda-nunda Taubat.
2.                Tidak Ridho terhadap pemberian Allah.
3.                Bermalas-malasan dalam ibadah.

Jakarta, 5 Mei 2011
Zulkarnain Abdul Halim diolah dari Kitab Nasoihul Ibad.

No comments:

Post a Comment