Libur tanggal merah kemarin,
tepatnya Kamis 5 Mei 2016, saya mengajak keluarga, istri,
kakak, dede dan seorang keponakan
untuk jalan-jalan ke Monas (monumen nasional). Ini juga sebagai wujud menumbuhkan cinta
tanah air sejak dini pada anak-anak melalui wisata sejarah seperti ini.
Sampai di Monas sekitar jam 8 pagi,
parkir kendaraan terlihat sudah mulai padat, langsung kami memasuki kawasan Monas yang
super luas & super hijau dengan banyaknya pohon-pohon besar serta penataan
tamannya yang bagus. Udara pagi yang segar kami rasakan, anak-anak sudah tidak tahan lagi untuk main
sepatu roda yang memang sudah diniatkan dari rumah.
Tidak lama main sepatu roda sambil diselingi foto-foto dengan
background Monas, posisi kami semakin
mendekat ke arah Monas, terlihat antrian
yang cukup panjang untuk masuk ke dalam Monas. Segera saja kami mengajak
keluarga untuk masuk ke dalam, karena sudah bisa dipastikan semakin siang
antrian masuk Monas pasti makin panjang.
Dan ternyata menuju pintu masuk Monas butuh pengorbanan
yang cukup lumayan, karena kita harus
memutari Monas dari arah pintu masuk tadi,
untuk sedikit meringankan, saya bilang pada istri & anak-anak bahwa
anggap saja ini bagian dari olahraga muterin Monas, karena sudah lama tidak ke Monas (terakhir kurang
lebih 20 tahunan yang lalu) sehingga
agak bingung juga dengan arah-arah menuju pintu masuk, namun berkat mengikuti
petunjuk-petunjuk arah yang sudah ada,
akhirnya sampai juga kami di pintu masuk Monas.
Selanjutnya adalah membeli tiket masuk Monas,
berikut perinciannya sbb :
1. Masuk s/d cawan Monas dewasa Rp. 5.000/orang, untuk anak-anak/pelajar Rp. 2.000/orang.
2. Masuk s/d puncak Monas dewasa Rp. 10.000/orang, untuk anaka-anak/pelajar Rp. 2.000/orang.
3. Sumbangan berupa shadaqah untuk Bazis Jakarta sebesar Rp. 1.000
Setelah beli tiket, masuk
menuju pintu masuk, dan kami lihat-lihat sebentar diorama sejarah yang
ada di lantai bawah Monas, tidak lama disini kami langsung beranjak untuk menaiki puncak Monas.
Dan ternyata antrian sudah
panjang sekali, kami masuk dalam antrian
tersebut, terlihat rupanya yang ingin masuk Monas dari segala
umur, dan sebagian besar berasal dari
luar daerah Jakarta berdasarkan obrolan-obrolan yang terdengar diantara mereka,
ada juga rombongan pelajar dari Jombang Jawa Timur yang sepertinya sedang study
tour.
Kurang lebih 1 (satu) jam kami antri untuk naik ke
atas puncak Monas, sampailah ke lift yang akan mengantarkan kami ke atas. Terlihat di dekat pintu lift ada informasi
tentang jam operasioanl lift, yang ternyata sekarang sampai jam 10 malam, jadi
bagi yang ingin melihat keindahan kota Jakarta di malam hari bisa ke puncak Monas.
Sampai di puncak Monas yang menjadi incaran pertama
adalah teropong yang ada disetiap sudut, tanpa teropong pun sudah terlihat
keindahan Jakarta dari atas dengan mata telanjang, kebetulan ketika kami berada
di atas sedang turun hujan sehingga agak tidak leluasa untuk memandang.
Setelah puas lihat-lihat Jakarta dari ketinggian, kami
duduk sebentar menikmati pisang goreng yang memang di bawa dari rumah, diiringi
angin yang cukup kencang, terasa semakin nikmat pisang goreng made in istri tercinta.
Kurang lebih 30 menit berada di puncak Monas, kami pun
bergegas untuk turun dan pulang menuju rumah membawa cerita-cerita indah tentang Monas.
No comments:
Post a Comment