Ketika barang berharga yang kita pergunakan
sehari-hari hilang seperti Handphone, motor, mobile atau yang lainnya
pastilah timbul perasaan penyesalan dalam diri kita, kok bisa hilang,
kok kenapa tidak dikunci atau kita coba mencari-cari alasan lain
sebagai bentuk dari kehilangan. Namun seiring dengan waktu (dan rejeki)
barang-barang yang hilang itu dapat diwujudkan kembali, handpone hilang
kita bisa membeli Hp yang baru dan seterusnya. Pertanyaannya adalah
bagaimana jika yang hilang adalah nyawa kita yang hanya satu-satunya ini
??? bisakah dengan berjalannya waktu kita bisa mewujudkannya kembali,
membeli nyawa yang baru ? that’s impossible.
Padahal kematian itu kita tidak tahu kapan
datangnya, sebab kematian datang bukan dikarenakan sakit, sebab banyak
orang yang punya penyakit yang berat/parah bertahan hidup, bukan juga
dikarenakan usia tua, sebab banyak orang-orang muda dan sehat tiba-tiba
meninggal dunia, kematian juga tidak mengenal tempat dan keadaan, jika
memang sudah saatnya (ajal) maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat
menundanya (QS. Al-Munafiqun (63) : 11). Dan kitapun tidak dapat
bersembunyi atau menghindar darinya karena maut akan mendatangi kita
pada saatnya bukan kita yang mendatanginya (QS Al-Jumu’ah ayat 8)
Disinilah letak pentingnya selalu mengingat akan
kematian, setidaknya ada 3 manfaat dari sering-sering mengingat kematian
sebagaimana disampaikan oleh Imama Ad-Daqooq yakni :
1. Bersegera untuk ber Taubat,
bagaimana tidak seseorang yang tahu bahwa dirinya akan mati pasti tidak
mau kematiannya akan mengikut sertakan dosa-dosa yang selama ini sadar
atau tidak sadar telah dilakukannya. Ia ingin clear & clean
dihadapan Allah SWT. Sebagaimana seorang musafir yang membawa bekal
banyak maka ia tidak ingin bekalnya akan memberatkan ketika sampai
ditujuan, yang dicari adalah bekal yang dapat meringankan dalam
perjalanan selanjutnya. Taubat berarti kembali (pada Allah SWT), sebab
orang yang berbuat maksiat sebenarnya ia telah keluar dari garis edar
(orbit) yang telah Allah tetapkan, begitu ia sadar dan taubat maka ia
pun kembali pada garis edar yang benar.
2. Hati yang Qona’ah,
menururut kamus Al-Munawwir Qona’ah yang asal katanya Qoni’a-Yaqna’u
berarti merasa puas atau rela, jadi dengan senantiasa mengingat kematian
seseorang akan rela terhadap apapun kejadian yang menimpanya, khususnya
hal-hal yang tidak mengenakkan, karena ia yakin kesulitan-kesulitan
yang ia alami di dunia ini tidak selamanya alias ada batas akhirnya. Ada
ungkapan mengatakan Ad-dun-ya wamaa fiihaa faaniyah wal aakhirotu wamaa fiihaa baaqiyah yang artinya Dunia dan segala isinya adalah Sirna/Sementara, Akhirat dan segala isinya adalah Tetap/Kekal.
Ada optimisme walau di dunia ia ‘susah’ kelak di akherat akan
mendapatkan kebahagiaan selama ia menjalani kehidupan di dunia
lurus-lurus saja tanpa melanggar aturan-aturan syariat.
3. Rajin Ibadah,
jika kita tahu bahwa besok akan mati niscaya mulai saat itu juga kita
akan banyak beribadah, begitu pula orang yang selalu ingat bahwa dirinya
bisa mati kapan saja, dimana saja dan dengan cara apa saja akan selalu
menjaga ibadahnya, ia tidak mau ‘kecolongan’ mati dulu nyesel kemudian.
Yang sunnah apalagi yang wajib tidak ditinggalkannya, sebab ia sadar
itulah (ibadah/amal) yang akan dibawanya kelak saat mati, bukan harta,
bukan keluarga dan lainnya.
Kematian adalah sebuah
Misteri/Rahasia Ilahi yang kita jangan bermain-main dengannya, dengan
senantiasa mengingat akan mati moga kehidupan kita di dunia semakin
ter-arah dan tidak salah arah.
No comments:
Post a Comment