Tuesday 27 November 2012

Mempertanyakan (Efektifitas) Santunan Yatim

Bulan Muharam adalah bulannya anak yatim, di bulan ini banyak Masjid, kantor, ataupun per orangan yang memberikan santunan kepada anak-anak yatim. Biasanya anak-anak yatim diberi sembako (beras, mie instan, gula dll) serta uang,  kegiatan seperti ini sudah berlangsung sejak dahulu namun kesemuanya itu menurut kami adalah kurang efektif cenderung konsumtif tidak produktif, sudah saatnya kita ubah paradigma santunan yatim pada hal-hal yang produktif, misal bantuan SPP sekolah berikut penunjang-penunjangnya, hal tersebut lebih bertahan lama manfaatnya dibanding uang dan sembako yang bisa langsung habis tidak berbekas, belum lagi pemberiaan uang kadang akan mengarahkan anak-anak yatim pada hal-hal yang bersifat materialisme, ada kisah dimana di bulan Muharam yang banyak santunan ini, ada seorang anak yang membuka amplop pemberian untuknya di hadapan sang pemberi, begitu di buka uang nya adalah Rp.20.000,- ia pun berujar “ya, cuma dua puluh ribu doang”, ini adalah fakta dimana seorang anak yatim akhirnya menjadi ‘matre’ akibat banyaknya santunan yang ia terima dari berbagai pihak, ada kalanya yang mereka terima banyak ada kalanya sedikit, selain juga ini adalah faktor sang anak yang kurang dididik akhlaq nya. Setelah acara santunan selesai, kadang tidak terpikir bagaimana sekolah mereka?, ngaji mereka? dan sebagainya.

Selain itu, saat ini sudah saatnya ada database khusus yatim, mulai dari lingkungan paling kecil seperti RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga) , dimana data tersebut dapat di update secara berkala sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat segera digunakan, sebab selama ini kecenderungannya baru cari yatim saat mau santunan, kesannya perhatian sama yatim pas mau santunan doang, setelahnya ???. Data-data yang terhimpun juga akan mencatat berbagai macam kebutuhan dari yatim, mungkin ada yang nunggak bayaran sekolah berbulan-bulan, mungkin ada yang rumahnya kebocoran sehingga perlu renovasi dan lain sebagainya.

Sekali lagi, sudah saatnya kita menyantuni anak yatim untuk masa depan mereka yang lebih baik dan berkesinambungan, tidak tergantung pada peringatan Muharam atau hari-hari besar Islam lainnya.

Sebagai tambahan kami kutip definisi yatim menurut Ar-Roghib Al-Asfihani yang termuat dalam karyanya Al-Mufrodaat fi Ghoriibil Qur’an : yatim adalah terputusnya seorang anak (ditinggal mati) dari ayahnya sebelum ia berusia baligh.

No comments:

Post a Comment